Sunday, April 19, 2009

Kadang Hidup Memang Tak Adil (Menurut Kita)

Sahabat.. ternyata lama juga saya tidak memposting tulisan di blog ini. Selain karena aktivitas kerja yang padat juga karena ibunda tercinta harus dirawat di rumah sakit selama 2 minggu karena terkena stroke. Alhamdulillah sekarang kondisinya sudah stabil meski belum bisa bicara.

Barusan, ketika membuka blog ini, telah ada komentar dari sahabat "seekspresif" pada artikel "menikahi sepupu?". Ia mengungkapkan isi hatinya bahwa ia merasa sepupunya adalah cinta sejatinya. Ia sangat mencintai sepupunya tersebut. Tetapi karena terbentur oleh tembok keluarga dan (mungkin) adat kebiasaan yang ada di masyarakat, cintanya tidak berakhir dengan bahagia (pernikahan).

Memang di masyarakat kita menikah dengan sepupu masih jarang ada. Padahal itu betul-betul halal. Jikalau kita melihat keluarga Nabi Muhammad SAW, sebenarnya juga telah terjadi pernikahan yang masih ada hubungan kekerabatan.

Sebagaimana kita ketahui, Sahabat Ali bin Abi Tholib adalah sepupunya Nabi Muhammad SAW karena Ali adalah putra dari Abi Tholib yang merupakan paman Nabi. Dan Sahabat Ali kemudian menikah dengan Fatimah Az Zahra, putri dari Nabi Muhammad SAW. Jadi Sahabat Ali bin Abi Tholib yang merupakan sepupu Nabi Muhammad SAW, akhirnya menjadi menantunya.

Sahabat.. jujur saya tidak membayangkan pernikahan seperti pernikahan Ali dan Fatimah bisa terjadi disini. Jika ada pasti sudah menjadi bahan pembicaraan orang. Padahal seharusnya itu bukanlah hal yang harus jadi pembicaraan hanya karena jarang terjadi sebab pernikahan seperti pernikahannya Ali dan Fatimah adalah pernikahan yang benar-benar halal.

Memang.. apa yang dialami oleh sahabat "seekspresif" terasa tidak adil. Seharusnya mereka bisa menikah jika saling mencintai walau masih sepupu.

Akhirnya.. saya hanya bisa mendoakan semoga sahabat "seekspresif" diberi kekuatan dan keteguhan iman sehingga bisa menerima semuanya dengan ikhlas dan tawakkal. Terkadang apa yang paling kita suka, ternyata bukanlah yang terbaik untuk kita dan apa yang kita benci justru menjadikan kebaikan untuk kita. 

1 comments:

Unknown said...

terimakasih banyak atas kesediaan membalas panjang komentar saya lewat sebuah tulisan baru.
wallahualam apakah suatu saat kami bisa bersama. itu adalah pertanyaan yg sebenarnya sudah ada di kepala ini ketika sy mulai sadar bahwa saya begitu menyayanginya, dan menjadi pertanyaan yang tiada ujung dirasa. berharap di kehidupan yang abadi kelak bisa bersama (kadang menjadi do'a sehari-hari saya). besarnya cinta saya ini membuat saya berpikir mungkin benar cinta itu tak harus memiliki (saya mungkin akan tetap mencintainya meskipun suatu saat saya berkomitmen dengan orang lain begitupun dia). kadang rasa ini dibumbui juga dengan pertanyaan pada Allah SWT Maha Pemilik Cinta: "Jika cinta ini memang anugerah dari Engkau Yang Kuasa, lalu kenapa Engkau berikan rasa ini untuk ku berikan pada dia?? Karna terus terang, aku mencintainya tanpa alasan ini itu. ku tak pernah merasa memilih dia karna pertimbangan ini itu pula. aku tak kuasa. rasa ini seperti memang sudah ada di hati ini dari semenjak ku terlahir di dunia. Cinta yang tidak asing...".
Namun apapun itu bentuk cinta saya, sekarang saya memilih ikhlas saja, mencintainya tulus semampu saya. Saya mungkin tidak bisa menjadi istrinya. Tapi cinta saya akan tetap ada, hanya mungkin wujudnya akan berbeda. Wujudnya,..mungkin saya akan berusaha menjadi adik yang selalu ada ketika dia butuhkan. Tapi tentunya dengan etika, menjaga kehormatan masing-masing (menjauhi kenistaan)- apalagi jika nanti setelah masing2 dari kami sudah bersuami/istri dgn orang lain.
Terimakasih juga atas doanya. Mudah-mudahan saya memang diberi keteguhan menjalani ini semua.