Belanja Pulsa Kalahkan Belanja Buku
Membaca Jawa Pos edisi Rabu, 26 Nopember 2008, diberitakan bahwa dari hasil survey gaya hidup mahasiswa di Jogja pengeluaran mahasiswa untuk pulsa HP lebih tinggi dari pada pengeluaran untuk belanja buku, dimana rata-rata mahasiswa mengeluarkan anggaran pulsa Rp. 90.200 perbulan dan untuk buku Rp. 39.750 perbulan.
Dan akhir-akhir ini sering kita melihat berita tentang tawuran yang terjadi antar mahasiswa yang pemicunya seringkali hanya masalah-masalah yang sepele.
Lalu adakah korelasi dari dua pernyataan pernyataan diatas?
Sebenarnya mungkin gak ada hubungan, tapi kalau ditarik garis, bisa timbul hubungan walau hanya berupa asumsi.
Kita asumsikan, di Jogja saja yang dikenal sebagai kota pelajar, belanja buku untuk kebutuhan ilmiah, kebutuhan otak, kalah dengan belanja pulsa yang notabene untuk kebutuhan emosi, perasaan, walau juga ada unsur kebutuhannya. (Mari kita tanya diri kita sendiri, dari pulsa yang kita pakai, seberapa banyak yang kita pakai untuk hal produktif atau hal lain yang memang penting, dan berapa yang kita habiskan hanya untuk sms yang tidak jelas, pacaran mungkin, atau rayuan gombal dsb.)
Jika di Jogja seperti itu bagaimana dengan kota lain? mungkin malah tidak ada belanja buku, semua habis untuk pulsa.
Hubunganya dengan tawuran mahasiwa....?
Manusia mempunyai beberapa kebutuhan, diantaranya kebutuhan bathin, agama, pendidikan, kepuasaan emosi (kebutuhan batiniah dan lahiriah) dsb. Jika yang terpenuhi hanya salah satu tentunya jadi tak seimbang. Kebutuhan rohani, batin, pendidikan tidak terpenuhi, manusia akan tidak terkendali secara emosi. Mungkin tubuhnya bisa sangat sehat tapi kejam karena hati dan pikirannya kering akan siraman ilmu.
Jadi mahasiswa tawuran, bisa jadi karena hati dan pikirannya kurang diisi dengan ilmu, jarang membaca karena jarang beli buku akibat uang telah habis untuk belanja pulsa.
Sebagai kaum terpelajar, tawuran mahasiswa, semestinya tidak boleh terjadi. Jika ada persoalan selesaikan dengan tulisan dan argumentasi.
Dan akhir-akhir ini sering kita melihat berita tentang tawuran yang terjadi antar mahasiswa yang pemicunya seringkali hanya masalah-masalah yang sepele.
Lalu adakah korelasi dari dua pernyataan pernyataan diatas?
Sebenarnya mungkin gak ada hubungan, tapi kalau ditarik garis, bisa timbul hubungan walau hanya berupa asumsi.
Kita asumsikan, di Jogja saja yang dikenal sebagai kota pelajar, belanja buku untuk kebutuhan ilmiah, kebutuhan otak, kalah dengan belanja pulsa yang notabene untuk kebutuhan emosi, perasaan, walau juga ada unsur kebutuhannya. (Mari kita tanya diri kita sendiri, dari pulsa yang kita pakai, seberapa banyak yang kita pakai untuk hal produktif atau hal lain yang memang penting, dan berapa yang kita habiskan hanya untuk sms yang tidak jelas, pacaran mungkin, atau rayuan gombal dsb.)
Jika di Jogja seperti itu bagaimana dengan kota lain? mungkin malah tidak ada belanja buku, semua habis untuk pulsa.
Hubunganya dengan tawuran mahasiwa....?
Manusia mempunyai beberapa kebutuhan, diantaranya kebutuhan bathin, agama, pendidikan, kepuasaan emosi (kebutuhan batiniah dan lahiriah) dsb. Jika yang terpenuhi hanya salah satu tentunya jadi tak seimbang. Kebutuhan rohani, batin, pendidikan tidak terpenuhi, manusia akan tidak terkendali secara emosi. Mungkin tubuhnya bisa sangat sehat tapi kejam karena hati dan pikirannya kering akan siraman ilmu.
Jadi mahasiswa tawuran, bisa jadi karena hati dan pikirannya kurang diisi dengan ilmu, jarang membaca karena jarang beli buku akibat uang telah habis untuk belanja pulsa.
Sebagai kaum terpelajar, tawuran mahasiswa, semestinya tidak boleh terjadi. Jika ada persoalan selesaikan dengan tulisan dan argumentasi.
0 comments:
Post a Comment